Sabtu, 08 Januari 2011

Punya Tekad & Keyakinan, Pertahankan!



Romaeni binti Hasan (kedua dari kiri) mulai mengenakan cadar pada semester terakhir ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Teman-temannya menggodanya, tetapi lama-lama mereka menjadi terbiasa. Keyakinan itu suatu proses. Katanya, ‘Aku sedang menjalani proses itu dengan atau tanpa cadar’.



Foto itu pertama kali kulihat di Galeri Foto kawanku Ihsan. Lalu kucoba cari-cari tahu hingga kutemukan bahwa fotografernya bernama James Nachtwey. James merupakan jurnalis foto sekaligus fotografer perang ternama.

Sebuah keyakinan yang kuat harus didukung dengan sikap yang juga tidak lemah. Ada lagi sebuah kisah lama yang ingin kuputar kembali untuk menghormati mereka yang berkeyakinan teguh. Salut!!!

Ada dua perempuan bernama Zakiah dan Istiada. Ada hal menarik yang bisa diceritakan dari kedua perempuan itu. Ketika kuliah, mereka dalam satu almamater yang sama, yakni Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, meskipun tidak satu angkatan. Istiada ialah mahasiswi angkatan 1987, sedangkan Zakiah baru masuk Undip tahun 1990.

Namun keduanya sama-sama tidak lulus alias droup out (DO) dari Undip. Satu hal yang menarik, penyebab keluar mereka dari Undip juga sama, yaitu sama-sama menolak membuka cadar yang dipakainya. Selain mengenakan jilbab, ketika kuliah mereka memang mengenakan cadar yang menutup muka sehingga yang kelihatan hanya kedua matanya. Istiada keluar tahun 1991, sedangkan Zakiah melepaskan status mahasiswinya pada tahun 1994.

Prosedur Sterilisasi



Dekan Fakultas Kedokteran Undip, Prof. Dr. Kabul Rahman, SpKK menjelaskan sebenarnya keharusan mahasiswa Fakultas Kedokteran membuka cadar hanya diterapkan ketika menjalani praktikum di rumah sakit. Karena salah satu peraturannya adalah pakaian harus steril saat berada di ruang bedah.

”Ketika kita di ruang bedah, kan ada prosedur yang harus ditaati seperti prosedur sterilisasi rumah sakit. Apa pun yang kita pakai seperti baju, sarung tangan dan topi sudah disediakan khusus dan tidak boleh sembarangan. Baik Zakiah ataupun Istiada menolak membuka cadarnya ketika mereka praktik di ruang bedah. Itu kan melanggar aturan yang ada,” jelas Kabul Rahman kepada beberapa wartawan di ruang kerjanya, Senin (25/11). Dia didampingi Pembantu Dekan I (Bidang Akademik), dr. Anon Surendro, SpAK.



Ditambahkan, penolakan Istiada ataupun Zakiah membuka cadarnya karena meyakini membuka cadar sama artinya dengan mempertontonkan aurat yang dilarang agama. Tidak cukup sampai di situ, Zakiah dan Istiada juga selalu menolak jika ada tugas praktik memeriksa rekan laki-lakinya. Padahal itu biasa dilakukan dalam tugas-tugas praktik mahasiswa kedokteran, yakni saling memeriksa rekan-rekannya satu sama lain.

Dikatakan Kabul, pihaknya bisa menolerir terhadap penolakan untuk memeriksa rekan lawan jenis. Namun untuk aturan di ruang bedah, pihaknya lebih memilih aturan yang ada. Setiap mahasiswa harus mematuhinya. ”Karena aturan itulah, baik Istiada ataupun Zakiah akhirnya keluar dari Fakultas Kedokteran Undip. Tapi keduanya keluar begitu saja, tanpa pemberitahuan,” jelasnya.

Pembantu Dekan I, dr. Anon Surendro menambahkan, Istiada dan Zakiah putus kuliah ketika sudah duduk pada tingkat koas muda. Istiada pada semester VII sedangkan Zakiah sudah duduk di semester VI.






Anon memaparkan, sesuai dengan data yang ada di fakultas, Istiada lahir tanggal 12 Juni 1969 di Pemalang. Nama orangtuanya Oemar Sovie dan tinggal di Jalan Kyai Makmur I Pemalang, Jawa Tengah. Dia masuk Undip tanggal 10 Agustus 1987 dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 3019.

”Pada masa awal kuliah, Istiada belum memakai jilbab. Namun karena aktif di kegiatan agama di kampus, dia akhirnya memakai jilbab bahkan kemudian melengkapinya dengan memakai cadar,” katanya.

Diakuinya, kegiatan Rohani Islam (Rohis) sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Kedokteran Undip memang sangat berkembang dan banyak kegiatan. Namun dia tidak ingat tentang reputasi Istiada semasa kuliah. Satu hal yang diketahuinya, Istiada seorang yang memegang teguh prinsip beragama. Terbukti dia lebih memilih putus kuliah ketika dilarang memakai cadar di ruang bedah.

Diterima lewat PMDK






Mengenai Zakiah, Anon mengatakan, mahasiswi angkatan 1990 tersebut bernama lengkap Zakiah Daradjat. Dia diterima sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Undip lewat program Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) atau masuk tanpa tes sebagaimana layaknya calon mahasiswa pada umumnya. Secara resmi menjadi mahasiswi Undip sejak tanggal 7 Agustus 1990.

Dikatakan Anon, data yang ada pada pihaknya menyebutkan Zakiah lahir di Jepara tanggal 17 September 1971. Ia beralamat di Jalan Raya Bangsri 18 Jepara, namun orangtuanya yang bernama Saiful Fauzan beralamat di Kompleks BTN Blok F 149 Serang, Banten.

”Tidak banyak yang saya ingat tentang Zakiah, karena sudah lama sekali. Tapi menurut beberapa kawannya, dia keluar dari kuliahnya karena ikut suaminya ke Malaysia. Tapi saya tidak tahu apakah suaminya itu Imam Samudera yang sekarang ditangkap polisi atau bukan,” tandasnya.

Apa yang dikatakan Anon, dibenarkan oleh salah seorang rekan satu angkatan Zakiah, dr. Daru Lestyanto. Menurutnya, sekitar satu semester sejak Zakiah menikah, mulai jarang terlihat di kampus, sampai akhirnya terdengar kabar dia ikut suaminya ke Malaysia.






”Tapi saya tidak tahu apakah nama suaminya itu Abdul Azis atau bukan. Tapi memang setelah menikah sekitar tahun 1992 atau semester IV, dia sudah jarang ke kampus hingga akhirnya kami mendengar dia ke Malaysia itu ikut suaminya,” katanya ketika dihubungi SH di rumahnya, Senin (25/11) petang.

Daru mengaku tak banyak tentang pribadi Zakiah sebab istri Imam Samudra itu sangat tertutup terhadap semua kawan laki-lakinya. Tapi seingatnya, Zakiah termasuk mahasiswi yang cerdas. Wawasan dan pengetahuan intelektualnya di atas rata-rata mahasiswa yang lain, ini terlihat dari prestasi akademiknya. Mengenai alasan putus kuliah Zakiah, Daru juga menjelaskan bahwa salah satu penyebabnya adalah larangan mengenakan cadar di kampus.

Terlepas dari setuju atau tidaknya dengan pendapat dan keyakinan kedua perempuan itu, aku belajar banyak tentang The Power of Faith (Kekuatan Sebuah Keyakinan). Bagaimana pendapat anda ?



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar