Selasa, 18 Januari 2011

Leila Trabelsi, Ikon Korupsi Tunisia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYC0zOlbGwPJiLeVx5573KKPuGDXvVBJ9o6JV4TzT3qx2ft_erRkDpvTMV6NW7PgOvfwt9FtB35bWOGktyr-QCn9lahyItuNVCRy7_ebXi_M95Us84Ey1lfH1x-aE8ZrJvMrC76W75gMc/s1600/leila+trabelsi.jpg

Revolusi terjadi di Tunisia. Presiden Zine el-Abidien Ben Ali memilih kabur bersama istri keduanya, Leila Trabelsi. Leila bukanlah ibu negara biasa. Dia disebut-sebut sebagai ikon korupsi Tunisia. Keluarga Trabelsi, keluarga Leila, dikenal sebagai mafia dan punya gurita bisnis di Tunisia.


Leila juga disebut sebagai Imelda Marcos dari Arab karena gaya hidupnya yang super mewah. Dia selalu mengenakan baju rancangan desainer terkenal, punya 50 rumah mewah dan dia rutin berbelanja di Dubai. Sekali belanja dia bisa menghabiskan ribuan poundsterling. Leila juga hobi mengoleksi mobil mewah.


Leila lahir pada 20 Juli 1957. Dia anak ke-5 dari 11 bersaudara. Ayahnya, Mohamed Trabelsi seorang penjual buah kering.


Nasib Leila berubah setelah menikah dengan Ben Ali pada 1992, lima tahun usai kudeta tidak berdarah yang dilakukan Ben Ali, ketika itu Ben Ali menggulingkan pahlawan kemerdekaan Tunisia, Habib Bourguiba. Leila yang sebelumnya seorang penata rambut menjadi ibu negara.


Leila pun menjadi perempuan paling berpengaruh di Tunisia. Di politik internasional dia pintar membangun citra, menjadi seorang ibu negara yang progresif, membela kaum perempuan, membuat yayasan untuk menyumbang sana-sini.


Tapi di Tunisia, bersama 10 saudara kandungnya dia beroperasi layaknya mafia, mengutip duit dari para pemilik toko, juga menguasai berbagai industri. Mulai dari bank, maskapai penerbangan, dealer mobil, penyedia internet, stasiun radio dan televisi dan beberapa pusat perbelanjaan.


"Mereka menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi," kata peneliti National Scientific Research Centre di Paris, Beatrice Hibou. Modusnya beragam, kata Hibou, satu di antaranya mereka melakukan privatisasi sebuah perusahaan negara bila sukses dan mendatangkan untuk mereka meminta bagian.


Bukan hanya di bisnis berkuasa, menurut penulis asal Prancis Nicolas Beau, Leila memasukkan kerabatnya memegang jabatan kunci di bidang politik dan ekonomi pemerintahan Ben Ali. "Mereka itu pencuri, bahkan pembunuh, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang," kata warga Tunis, Mantasser Ben Mabrouk.


Kini kerajaan Trabelsi hancur, beberapa vila, rumah mewah dan toko milik keluarga itu dijarah, dirusak dan sebagian dibakar massa. Beberapa laporan menyebutkan, satu anggota keluarga terbunuh akibat diamuk massa.


Seorang teman Ben Ali, Mohamed Gaddahi berkata, "Presiden banyak melakukan banyak hal, tapi keluarganya juga banyak melakukan hal yang buruk bagi Tunisia."


AP | TELEGRAPH | AHRAM | POERNOMO GR| tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar