Selasa, 04 Januari 2011

Mualaf di Inggris Didominasi Kaum Muda “Saya penasaran kenapa mereka kurang bersosialisasi dan menolak pergi ke klub."



Ratu Elizabeth II saat mengunjungi masjid di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (AP Photo/John Stillwell/PA Wire)
Jumlah mualaf di Inggris meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Badan survei swasta, Faith Matters, memperkirakan jumlah Muslim baru di negara itu sejak satu dekade silam mencapai 100.000 orang.

Para warga Inggris yang berganti agama menjadi Muslim kebanyakan berusia di bawah 30 tahun. Mereka mengaku telah menemukan sesuatu dalam pencarian akan kebenaran. 


Seperti dilansir dari laman harian The Independent, Selasa, 4 Januari 2011, seorang desainer fashion, Hana Tajima, 23, menceritakan perkenalannya dengan Islam diawali dengan pertemanan dengan beberapa Muslim di kampusnya.

“Saya penasaran kenapa mereka kurang bersosialisasi dan menolak pergi ke klub. Lalu saya mempelajari filosofi dan mulai bertanya-tanya tentang kehidupan. Saya cukup terkenal dan mempunyai semuanya, tapi saya tetap merasa, ‘apa cuma itu?’” ujar Tajima.

Akhirnya, dia mulai mempelajari Islam dan menyetujui semua paham yang dipelajarinya. “Saya tidak ingin menjadi muslim, namun pada satu titik saya merasa saya adalah seorang muslim,” ujar Tajima.

Denise Horsley, 26, seorang instruktur tari, mengaku mengenal Islam dari pacarnya, namun dia menolak jika dikatakan memeluk Islam karena pengaruh pacarnya tersebut.

“Sekarang saya mengenakan jilbab, namun proses itu tidak mudah. Jilbab adalah konsep penting di Islam yang bukan hanya sekedar masalah berpakaian, namun juga mengenai bagaimana bersikap sederhana dalam setiap hal. Saya masih seperti yang dulu, hanya saja kini saya tidak minum-minum, tidak memakan daging babi, dan solat lima kali sehari,” ujar Horsley.

Pemuda lainnya adalah Dawud Beale, 23, yang mengatakan mengenal Islam lebih dalam pada saat berlibur ke Maroko. Sekembalinya ke Inggris dia memeluk Islam. Dia mengaku sebelumnya adalah seorang yang rasis kepada Muslim.

“Saya pernah mengikuti kelompok Hizbut Tahrir yang menyerukan pendirian negara Islam. Tapi itu terlalu politis dan tidak berhubungan dengan praktek agama. Lalu saya menemukan Islam murni, yaitu Islam Salafi. Saya akhirnya menemukan arah yang tepat. Saya bertemu istri saya di komunitas ini,” ujar Beale.• 

VIVAnews





Tidak ada komentar:

Posting Komentar