Selasa, 04 Januari 2011

Tanda Husnul Khatimah yang Bisa Dirasakan Orang yang Akan Meninggal

Bergantinya tahun bukanlah menambah panjang hidup, tapi sesungguhnya menambah cepat datangnya ajal. Karenanya, bagi seorang muslim harus lebih giat lagi mempersiapkan bekal untuk mengarungi perjalanan panjang sesudahnya. Dan bekal terbaik adalah takwa kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.





وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197) Dan siapa yang berbekal takwa di dunia, maka takwa tersebut akan memberikan manfaat baginya kelak di akhirat.


Dan bekal terbaik adalah takwa kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ingat, Kematian Pasti Datang

Tumpukan harta, gemerlapnya dunia, dan kesibukan mencari materi sering melupakan kita akan kematian. Padahal kematian adalah suatu kepastian. Tak seorangpun yang bisa lepas darinya. Ke mana saja kita berlari, di mana kita sembunyi, dan di benteng mana kita berlindung tetaplah kematian pasti akan menemukan kita.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

“Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 19)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. Al-Nisa’: 78)

Kondisi Insan Saat Kematian Datang

Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.” (HR. Bukhari dan selainnya)

Saat itu, manusia ada pada satu dari dua kondisi. Yaitu husnul khatimah atau su’ul khatimah. Siapa yang mendapat hunsul khatimah (akhir hayat yang baik), sungguh dia berbahagia dengan kondisi setelahnya. Ia menghadapai kematian dengan tenang dan rindu bertemu dengan Rabb-nya yang senantiasa dia agungkan. Sebaliknya, siapa yang berada di atas su’ul khatimah, dia akan menderita sesudahnya. Sedangkan kematian yang ada di hadapannya menjadi sesuatu yang sangat menakutkan baginya.

Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang mengisi hidupnya dengan berbuat baik, -Insya Allah- akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah menzhalimi para hamba-Nya, meskipun sedikit.


. . . kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang mengisi hidupnya dengan berbuat baik, -Insya Allah- akhir hidupnya baik.

Tanda Husnul Khatimah yang Dirasakan Oleh yang Sedang Meninggal

Pastinya setiap kita berharap husnul khatimah. Namun itu bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat AllahAzza wa Jalla,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)”. (QS. Ali Imran: 102)

Husnul khatimah memiliki banyak tanda-tandanya. Sebagiannya bisa diketahui oleh orang lain yang ada disekitarnya (walaupun tidak bisa dijadikan sebagai suatu kepastian). Dan sebagian yang lain, hanya bisa diketahui dan dirasakan oleh orang yang menghadapi kematian tersebut.

Tanda husnul khatimah yang diketahui dan dirasakan oleh yang orang yang akan meninggal dunia adalah bisyarah (kabar gembira) mendapat ridha Allah dan kemuliaan dari-Nya saat kematian tiba. Hal sebagaimana yang Allah 'Azza wa Jalla firmankan,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".” (QS. Al-Fushilat: 30)

Dan bisyarah ini bagi orang-orang mukmin ketika menghadapi kematian, ketika berada di kuburnya, dan saat dibangkitkan dari kubur-kubur mereka pada hari kiamat. (Dinukil dari Khalid Bin Abdurrahman al-Syayi’ dalam makalahnya, “‘Alamaat wa Asbab husnil Khatimah wa Su’il Khatimah”.)

Dalil lain yang menguatkannya adalah hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Siapa yang suka bertemu dengan Allah, maka allah pun suka bertemu dengannya. Sebaliknya, siapa yang benci bertemu Allah, maka Allah juga benci bertemu dengannya.”

Lalau Aisyah bertanya, “Wahai Nabi Allah, Apa maksud benci kematian itu, padahal kami semua benci kematian?” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,

لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Bukan seperti itu (maksudnya). Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta janah-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allah-pun membenci bertemu dengannya.”

Imam Abu ‘Ubaid Al-Qayim bin Salam rahimahullaah menjelaskan makna hadits ini, “Menurutku maknanya bukan membenci kematian dan kedahsyatannya, karena tak seorangpun bisa menghindarinya. Tetapi yang dicela dari semua itu adalah mengutamakan dunia dan cenderung kepadanya serta membenci untuk kembali kepada Allah dan negeri akhirat.” Beliau rahimahullaah mendasarkan penjelasannya tersebut pada firman Allah Ta’ala yang mencela suatu kaum karena mencintai kehidupan dunia.

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آَيَاتِنَا غَافِلُونَ أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7-8)

Al-Imam al-Khatthabi rahimahullaah juga menjelaskan mengenai maksud hadits di atas, “Maksud dari kecintaan hamba untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya”.


Orang yang suka bertemu dengan Allah: Ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya

Imam Nawawi rahimahullaah berkata, ”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah saat dicabutnya nyawa yang saat itu taubat tidak lagi diterima. Maka pada saat itu, setiap orang akan diberi kabar tentang tempat kembalinya dan apa yang telah disediakan untuknya, dan akan disingkapkan semua itu kepadanya. Karenanya, Ahlus Sa’adah (orang-orang yang berbahagia) mencintai kematian dan suka bertemu dengan Allah serta berpindah kepada apa yang dijanjikan untuk mereka. Dan Allah-pun suka bertemu dengan mereka, maknanya: akan memberikan balasan yang banyak dan kemuliaan. (Sebaliknya) orang-orang yang menderita (celaka) membenci bertemu dengan Allah karena mengetahui tempat buruk yang akan ditinggalinya. Sehingga Allah juga benci bertemu dengan mereka, maknanya: menjauhkan mereka dari rahmat dan kemuliaan-Nya . . “ (Disarikan dari Syarah Shahih Muslim)

Semoga Allah memilih kita menjadi hamba-Nya yang dikaruniakan husnul khatimah. Dia mengutus malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada kita saat ajal menjemput. Sehingga kita senang bertemu dengan Allah dan mendapatkan kabaikan yang telah Dia janjikan.

Namun, kondisi seperti itu tidak datang dengan sendirinya. Perlu ada usaha untuk merealisasikannya. Yaitu dengan menjaga Iman dan melaksanakan tuntutannya berupa istiqamah (kontinyu dan ajeg) menjalankan ketaatan dan ketakwaan.

PurWD/voa-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar