Namanya Sharon. Ia terlahir sebagai tuna rungu. Ayahnya berdinas sebagai tentara pada Angkatan Bersenjata Australia. Mereka keluarga yang hangat dan demokratis. Juga mementingkan pendidikan.
Meski memiliki keterbatasan pada pendengarannya, ia bersekolah dengan lancar di sekolah khusus. Ia juga bergaul dengan teman-teman seusianya. Dalam perjalanan menuju sekolah itulah, hatinya tercerahkan. Ia berkisah tentang wal mula berkenalan dengan Islam:
"Saat usiaku 13 tahun, saat aku pergi ke sekolah, aku melihat gadis Muslim yang memakai jilbab dan teman tuna runguku berkata, "Itu terlalu panas! Mengapa mereka pakai seperti itu!"
Aku berkata kepada temanku, "Tutup mulut! Itu kebudayaan mereka!"
Aku dibesarkan di lingkungan dimana beberapa tetanggaku adalah Muslim. Aku ingat, pada hari-hari tertentu aku melihat begitu banyak wanita yang mengenakan jilbab. Aku kerap bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa seperti itu.
Sejak itu, aku mulai mempelajari agama lain, selain agama yang kuanut. Namun aku tidak bisa memikirkan Islam. Beberapa teman menertawakanku, ketika mereka tahu aku sedang mencari tahu tentang Islam dan aku berusaha untuk menjadi Muslim,
Mereka pikir aku gila. Tapi aku cuek saja.
Suatu hari, aku pergi ke masjid di Lakemba. Aku mengucapkan kalimat syahadat saya kemudian menjadi Muslim. Namun karena aku masih Muslim baru, saya takut untuk memakai jilbab.
Hingga kemudian, aku merasa mantap dan berjilbab. Oh iya, jilbab melindungiku dari keterkejutan orang tuaku atas pilihan agamaku. Ya, tanpa aku bilang, mereka tahu aku menjadi Muslim. Alhamdulillah, mereka menerima dan setuju.
Sebaliknya, teman-temanku justru terkejut dan berubah setelah saya menjadi Muslim. Terutama, melihat pakaian yang aku kenakan.
Aku terus belajar agama, belajar wudhu dan shalat.
Hari lain, beberapa orang runa rungu bertanya kepadaku begitu banyak pertanyaan tentang jilbab, mereka mengatakan seperti: apa warna rambut Anda? atau mengapa Anda menutupinya? Tapi bagiku, ini pertanyaan penting dimana aku harus menjelaskan pada mereka. Anda tahu, kebanyakan kaum tuna rungu tidak mengerti tentang Islam sebagaimana orang normal.
Saya selalu merasa senang untuk menjelaskan tentang Islam. Alhamdulillah, pertumbuhan iman saya seperti bunga dan aku telah belajar tentang panduan Allah ke jalan yang benar. Ini tahun ke delapan aku menjadi Muslimah.
siwi Tri Puji/republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar